Add caption |
Pada masa sebelum Perang Dunia II, di sebuah desa di Polandia
hiduplah seorang laki-laki keturunan Yahudi bernama Tuan Samuel yang memiliki
kebiasaan berjalan kaki setiap pagi untuk menghirup udara segar dan
menikmati keindahan alam di sekitar tempat tinggalnya.
Pagi-pagi sekali sebelum matahari terbit, Tuan Samuel biasanya sudah meninggalkan rumahnya untuk berkeliling menelusuri jalan-jalan pedesaan yang memiliki panorama yang indah.
Di mata para tetangganya, Tuan Samuel terkenal sebagai seorang dermawan yang suka menolong dan bersikap ramah kepada siapa saja, baik kepada sesama orang Yahudi maupun kepada orang-orang yang berbeda suku bangsa dan keyakinan. Tuan Samuel tidak segan-segan untuk menyapa terlebih dahulu kepada orang-orang yang ditemuinya di sepanjang perjalanannya, baik itu tua maupun muda. Artikel terkai COBALAH MEMA'AFKAN
Salah seorang yang paling sering ditemuinya adalah seorang petani keturunan Jerman bernama Tuan Mueller, yang tinggal di tepi jalan yang setiap pagi dilalui Tuan Samuel. “Selamat pagi, Tuan Muller!” sapa Tuan Samuel sambil membungkukkan badannya memberi hormat kepada Tuan Mueller yang tengah menggarap kebunnya.
Awalnya,Tuan Muller tidak menanggapi sapaan tersebut karena tahu bahwa orang yang memberi salam itu adalah orang Yahudi yang pada waktu itu sangat tidak bersahabat dengan orang-orang non- Yahudi. Mendapat tanggapan yang dingin seperti itu, Tuan Muller tidak marah ataupun berkecil hati, ia terus saja meneruskan kebiasaannya untuk menyapa siapa saja yang ditemuinya, termasuk Tuan Mueller yang tidak simpatik itu.
“Dalam hidup ini tidak ada yang bisa mengalahkan ketekunan” begitu bunyi ungkapan bijak yang dipraktekkan oleh Tuan Samuel yang akhirnya mampu meluluhkan hati Tuan Mueller setelah ia tanpa bosan-bosan setiap pagi menyapa Tuan Mueller dengan penuh ketulusan.
“Selamat pagi, Tuan Mueller!” seru Tuan Samuel yang kemudian dijawab oleh Tuan Mueller dengan ucapan selamat pagi sambil mengangkat topinya dan tersenyum.
Interaksi kedua laki-laki yang berbeda ras itu berlangsung bertahun-tahun lamanya hingga pasukan Nazi Jerman berkuasa yang menyeret orang-orang Yahudi ke kamp konsentrasi termasuk juga Tuan Samuel dan keluarganya. Setelah menempuh perjalanan panjang dan kehilangan orang-orang yang dicintainya, akhirnya Tuan Samuel tiba di tempat yang paling mengerikan di dunia yaitu kamp konsentrasi Auschwitz.
Di tempat ini semua tawanan diminta berbaris untuk diseleksi satu-persatu oleh komadan pasukan Nazi yang sudah siap dengan sebuah tongkat ditangannya. Jika orang yang berada di barisan itu, orang Yahudi, maka si komandan akan menggerakkan tongkatnya ke kiri, yang berarti mati. Tapi apabila ia membelokkan tongkatnya ke kanan, itu artinya bukan orang Yahudi yang ada kemungkinan tetap hidup.
Add caption |
Dengan perasaan takut yang luar biasa, Tuan Samuel berbaris mendekati si Komandan yang terus mengerak-gerakkan tongkatnya ke kanan dan ke kiri. Ketika ia sudah tiba di barisan paling depan dan berhadap-hadapan dengan sang komandan yang akan menentukan nasibnya, tiba-tiba ia memberanikan diri untuk menatap wajah si komandan yang sedang memperhatikan wajahnya. Mata mereka pun saling beradu pandang. Tuan Samuel merasa tidak asing dengan tatapan mata laki-laki itu, maka dengan sisa-sisa keberaniannya Tuan Samuel menyapa, “Selamat pagi, Tuan Mueller!” Menerima sapaan yang tidak disangka-sangka itu membuat si komandan terkejut dan salah tingkah.
Namun, setelah agak tenang dan bisa menguasai emosinya, ia pun berteriak, “kanan” sambil menggerakkan tongkatnya ke arah kanan yang berarti kehidupan.
Tidak ada perbuatan baik, sekecil apapun, yang sia-sia. Seperti yang dilakukan oleh Tuan Samuel yang tidak menyangka jika kebiasaannya menyapa semua orang yang ditemuinya dengan ucapan selamat pagi, bisa menyelamatkan nyawanya. Jika memang demikian, mengapa kita tidak berlomba-lomba untuk berbuat kebaikan? Seperti bunyi sepotong stiker yang melekat di kaca belakang sebuah mobil yang mengajak untuk berbuat 3 kebaikan setiap hari.
GOLDEN WORDS :
“Hidup ini tidak terlalu pendek, jadi kita memiliki banyak kesempatan untuk berbuat baik” – Ralph. W. Emeron
Add caption |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar